Showing posts with label Reproduksi. Show all posts
Showing posts with label Reproduksi. Show all posts

Saturday, 3 October 2015

Pembentukan Organ Reproduksi Luar


Jika pada pembentukan organ reproduksi dalam, pembentukan ovarium (perempuan) dan testis (laki-laki) dipicu oleh precursor (pemicu) yang berbeda, di mana precursor ovarium adalah korteks primordial gonad, sedangkam precursor testis adalah medula primordial gonad, maka pada pembentukan organ reproduksi luar, baik perempuan maupun laki-laki memiliki precursor yang sama yaitu "bipotential precursor".

Copyright: Allyn and Bacon (Biopsychology-John Pinel)
Pada saat janin berusia 2 bulan di masa kehamilan, organ reproduksi luar terdiri atas empat bagian, yaitu:
1. Gland, yang akan berdiferensiasi menjadi kepala penis (pada laki-laki) atau klitoris (pada perempuan),
2. Urethral Fold, yang akan mengalami peleburan (pada laki-laki) atau melebar menjadi labia minor (pada perempuan),
3. Badan Lateral (Lateral Body), yang akan menjadi batang penis (pada laki-laki) atau menjadi penutup/tudung klitoris (pada perempuan),
4. Labioscrotal Swelling, yang akan menjadi skrotum (pada laki-laki) atau menjadi labia mayor (pada perempuan).

Seperti halnya perkembangan organ reproduksi dalam, perkembangan organ reproduksi luar juga dikontrol oleh ada atau tidak adanya hormon testosteron. Jika ada, maka perkembangannya akan menuju ke organ reproduksi laki-laki. Jika tidak, menjadi organ reproduksi wanita.

Semoga bermanfaat!
Sumber Rujukan: John P.J. Pinel. Biopsychology. Hlm. 359-360.

Pembentukan Organ Reproduksi Dalam


Berbicara tentang organ reproduksi, siapakah yang seharusnya lebih berbangga, Laki-laki atau Perempuan? Siapakah yang diprogram untuk lebih dulu dibuat? Apakah laki-laki atau perempuan?


Secara keilmuan, pada dasarnya manusia didesain atau diprogram untuk berkembang menjadi perempuan (jadi perempuan lah yang seharusnya berbangga-red).  Artinya, kehadiran laki-laki di dunia ini disebabkan karena penolakan atas “program perempuan” tersebut. Yang tidak menolak akan menjadi perempuan, dan yang menolak akan menjadi laki-laki. Sungguh laki-laki memang pembangkang, bukan? Haha.

Menurut ilmu Biologi, asal pembentukan manusia hanyalah dari satu sel saja, yaitu ZIGOT.  Zigot sendiri baru terbentuk setelah adanya peleburan antara inti sel sperma dan inti sel telur (ovum) melalui peristiwa fertilisasi (pembuahan). Zigot selanjutnya akan mengalami diferensiasi dan spesialisasi (perubahan bentuk dan fungsi) menjadi berbagai jaringan, di antaranya jaringan penyusun Sistem Reproduksi.


Secara genetik, zigot dapat berjenis XX (mengandung kromosom kelamin X saja) atau XY (mengandung kromosom kelamin X dan Y). XX adalah calon Perempuan, sedangkan XY adalah calon Laki-laki. Sementara itu, terkait pembentukan organ reproduksi, tepatnya 6 minggu pasca-fertilisasi, pada janin sudah terbentuk calon kelenjar kelamin (gonad) yang disebut “Primordial Gonad”. Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, Primordial Gonad ini pun sebenarnya diprogram untuk membentuk Ovarium (kelenjar kelamin perempuan). Lalu bagaimana Testis (kelenjar kelamin laki-laki) bisa terbentuk?

Primordial Gonad tersusun atas dua lapisan yaitu bagian korteks (luar) dan medulla (dalam). Korteks memiliki potensi untuk tumbuh menjadi Ovarium (perempuan) sedangkan medulla berpotensi menjadi testis (laki-laki). Dalam kondisi alami (tanpa pengaruh hormon), bagian korteks lah yang akan lebih berkembang hingga menjadi ovarium. Kondisi ini biasanya terjadi pada janin yang berkromosom XX.

Sedangkan pada janin yang secara genetik merupakan laki-laki (XY), 6 minggu pasca-fertilisasi, kromosom Y akan mensintesis hormon “Antigen H-Y” yang justru akan memicu perkembangan bagian medulla dari Primordial Gonad hingga menjadi testis. Dari sini, sudah terlihat bahwa laki-laki menolak “program perempuan” dengan cara membentuk Antigen H-Y.

Selanjutnya, masih di 6 minggu pasca-fertilisasi, janin akan membentuk “Kantung Reproduksi” (Reproductive Ducts) melalui suatu sistem yang disebut Sistem Mullerian (pada janin yang secara genetik adalah perempuan) dan Sistem Wolffian (pada janin yang secara genetik adalah laki-laki).

Kerja dari kedua sistem ini dipengaruhi oleh keberadaan hormon Testosteron yang dihasilkan oleh testis. Artinya, jika primordial gonad membentuk testis, maka testosteron yang dihasilkannya akan menghambat Sistem Mullerian (mengalami degenerasi) dan memicu Sistem Wolffian. Jadi intinya, setelah penolakan pertama atas “program perempuan” oleh Antigen H-Y, maka secara berkesinambungan akan dilanjutkan pada penolakan-penolakan selanjutnya hingga terbentuk organ reproduksi Laki-laki.

Sistem Wolffian sendiri memiliki kapasitas untuk tumbuh menjadi kantung reproduksi pria seperti Vesika Seminalis (kantung semen), Vas Deferens, dan organ reproduksi bagian dalam lainnya. Sedangkan Sistem Mullerian memiliki kapasitas untuk tumbuh menjadi kantung reproduksi perempuan seperti Uterus (rahim), Tuba Falopii (saluran telur), dan organ reproduksi bagian dalam lainnya.
Yang perlu diingat adalah perkembangan kantung-kantung reproduksi sebelah dalam wanita tidak dipengaruhi atau dikontrol oleh hormon-hormon yang dihasilkan oleh Ovarium (seperti Estrogen dan Progesteron), karena ovarium hampir tidak berfungsi (inaktif) selama perkembangan janin. Karena alasan ini lah, dalam tulisan ini, keberadaan testosteron dianggap sebagai kondisi yang tidak alami.


Lalu, bisakah wanita memiliki testis? Atau sebaliknya, laki-laki memiliki ovarium?

Berdasarkan penelitian, jika hormon "Antigen H-Y" disuntikkan ke janin yang berusia 6 minggu pasca-fertilisasi, maka janin yang secara genetik merupakan perempuan, akan bisa memiliki testis. Begitupun pada janin yang secara genetik adalah laki-laki, jika pada usia 6 minggu pasca-fertilisasi disuntikkan obat atau senyawa yang dapat menghambat efek dari Antigen H-Y, maka bayi laki-laki ini bisa memiliki ovarium.

Untuk diketahui, testis merupakan kelenjar kelamin pada laki-laki yang dapat memproduksi hormon testosteron. Adapun salah satu fungsi testosteron adalah memicu ciri kelamin sekunder pada laki-laki (seperti suara membesar, dada membidang, dan lain-lain). Sedangkan ovarium adalah kelenjar kelamin perempuan yang dapat memproduksi hormon estrogen dan progesteron. Estrogen berperan memicu ciri kelamin sekunder wanita (seperti tumbuhnya payudara, suara melengking, kulit halus, dan lain-lain), sedangkan progesteron berperan dalam penebalan dinding rahim serta memicu produksi Air Susu Ibu (ASI).

Artinya, jika seorang pria memiliki ovarium, tubuhnya pun akan ikut diprogram seperti wanita, begitupun sebaliknya. Jika wanita memiliki testis, tubuhnya akan diprogram seperti laki-laki. Dari sini kita bisa melihat bahwa untuk pengidentifikasian manusia menjadi laki-laki atau perempuan, hal tersebut banyak dipengaruhi oleh keberadaan hormon. Tak heran jika pada kasus-kasus trans-gender yang cukup marak di dunia saat inj, sistem pengobatannya dilakukan dengan pemberian/terapi hormon kelamin, seperti testosteron, estrogen atau progesteron.


Semoga bermanfaat!



Sumber Rujukan: John P.J. Pinel. Biopsychology. Hlm. 357-359.

Friday, 14 November 2014

Rintangan Sperma Membuahi Ovum


Buat para pria yang baru saja ditolak cinta, tidak usah putus asa apalagi galau. Santai bro…! memang sudah kodrat pria untuk ditolak. Dan memang sudah menjadi kodrat pria juga untuk terus bersaing memperebutkan cinta. Masa sih?... Yuks kita belajar dari sperma.

Hadirnya manusia di dunia dimulai dari peristiwa fertilisasi atau pembuahan. Yaitu meleburnya inti sel sperma (milik pria) dan inti sel telur atau ovum (milik wanita). Keduanya bersatu membentuk zigot yang terus membelah dalam proses pertumbuhan dan perkembangan menjadi manusia baru. Tampak sederhana memang, namun jika dicermati, kisah pertemuan mereka tidak lah mudah.

Jika dilihat dari sudut pandang sel sperma, untuk bisa menjumpai ovum, ratusan juta sperma yang dikeluarkan pria harus bersaing satu sama lain hingga akhirnya diperoleh satu sperma juara yang benar-benar berhasil membuahi ovum. SATU OVUM hanya bisa dibuahi SATU SPERMA, itu prinsipnya. Lalu, seperti apa rintangannya?


1. Asam Vagina Mematikan Sperma

ilustrasi: diambil dari motleynews.net
Berdasarkan tipe kromosom kelaminnya, terdapat dua jenis sperma yang diproduksi testis pria, yaitu sperma tipe X (22A+X) dan tipe Y (22A+Y). Masing-masing memiliki karakteristik berbeda, salah satunya diketahui bahwa sperma tipe X lebih tahan terhadap keasaman vagina dibanding sperma tipe Y. Sehingga tak heran banyak sperma Y yang kemudian mati (meski cairan sperma sudah dilengkapi senyawa yang bersifat basa). Kondisi semacam ini kemudian disiasati melalu aktivitas foreplay (pemanasan) sebelum bercinta. Agar kondisi vagina menjadi lebih basah lalu basa, hingga sperma Y bisa ikut bertahan.

2. Mati Kelelahan

Banyak faktor yang menyebabkan sperma mati sebelum bertemu ovum, bahkan jauh sebelum masuk ke rahim apalagi saluran telur. Meski kelenjar-kelenjar di tubuh wanita sudah turut membantu pergerakan sperma melalui produksi lendir (di vagina atau mulut rahim), tetap saja banyak sperma yang mati. Salah satu penyebabnya adalah kelelahan.


Sumber tenaga bagi pergerakan sperma sendiri berasal dari bagian leher/tengah yang banyak mengandung mitokondria (organel pembentuk energi/ATP). Sama halnya dengan manusia, kondisi fisik sperma tentu saja berbeda satu sama lain. Ada yang dianugerahi fisik kuat ada juga yang lemah. Nah, bagi sperma yang dianugerahi fisik lemah (terkait kemampuannya memproduksi energi), sangat memungkinkan mereka sudah mati kelelahan meski masih di awal perjalanannya. Kondisi sperma yang mati karena kelelahan ini terus berlangsung hingga tahap-tahap akhir menuju ovum.

3. Antibodi Wanita “memakan” Sperma

Bertolak belakang dengan kegembiraan sperma yang berhasil melewati mulut rahim, tubuh wanita justru menganggap kehadiran mereka sebagai ancaman. Ya, sperma yang masuk ke rahim, dideteksi sebagai benda asing yang secara otomatis akan ditanggapi tubuh wanita dengan pengeluaran antibodi (senyawa pertahanan). Antibodi ini selanjutnya akan “memakan” sperma-sperma dan tak heran ribuan sperma akan mati di tahap ini.

sperma saat di"telan" oleh antibodi (copyright Nucleus Medical Media)

4. Awas Salah Jalan

Melalui siklus menstruasi wanita, bisa diambil kesimpulan bahwa tiap bulannya ovarium wanita (secara normal) akan melepas satu ovum. Ovum yang telah keluar (peristiwanya disebut Ovulasi) selanjutnya akan bergerak menuju saluran telur (tuba fallopi/oviduct). Saluran telur pada wanita terdiri dari bagian kiri dan kanan sesuai dengan keberadaan ovarium. Di sekitar satu per tiga bagian saluran telur tersebut (entah sebelah kiri atau kanan), ovum pun akan menunggu kedatangan sperma.

Sementara itu, dari satu kelompok sperma yang sudah berhasil melewati uterus/rahim, akan terbagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok akan menuju saluran telur sebelah kiri, sedangkan kelompok lain akan menuju saluran telur sebelah kanan. Dari sini bisa kita lihat bahwa meskipun dalam proses perjalanan sperma, ovum telah melepas senyawa kimia yang mampu menjadi sinyal deteksi keberadaannya, tetap saja ada banyak sperma yang harus gigit jari karena “salah jalan”.

diambil dari www.youtube.com (Nucleus Medical Media) - Modified
Menurut literatur, dari ratusan juta sperma yang dikeluarkan pria, hanya tersisa ribuan sperma yang bisa bertahan sekaligus tidak salah jalan menuju saluran telur di mana ada sel telur menunggu di sana. Lalu, apakah ribuan sperma itu sudah harus berpuas diri?! Perjuangan belum berakhir, bro!.

5. "Perangkap" Silia Pada Saluran Telur

Rintangan selanjutnya yang dihadapi sperma adalah keberadaan silia pada saluran telur. Pada saluran telur, silia terus bergerak menjuntai tak ubahnya sapuan-sapuan halus. Hal ini membuat pergerakan sperma pun menjadi terhambat. Tidak hanya itu, kehadiran silia juga membuat banyak sperma terjebak atau terperangkap. Tidak bisa bergerak lalu mati.


6. Lapisan Pelindung Ovum

ilustrasi: diambil dari www.nsf.gov
Rintangan terhadap sperma juga datang dari sel telur itu sendiri. Di antaranya adalah adanya lapisan pelindung ovum yang tak ayal menyusahkan sperma untuk membuahinya, seperti:
- Korona Radiata: merupakan lapisan ovum paling luar dan paling tebal. Bentuknya tampak seperti tonjolan-tonjolan menjuntai yang mampu menghalangi pergerakan sperma. Bahkan mampu membuat sperma tergencet. Alhasil, banyak sperma yang mati.  
- Zona Pellusida: lapisan pelidung ovum bagian tengah yang tebal.
- Membran Vitellin: lapisan transparan di bagian dalam ovum.

Saat satu sperma sudah berhasil melewati ketiga lapisan pelindung ini, maka secara otomatis inti sel sperma akan mampu membuahi inti sel telur hingga terjadi fertilisasi. Saat satu sperma sudah masuk, maka ovum secara otomatis akan mengeluarkan semacam enzim yang mampu mencegah masuknya sperma-sperma lain. Sekali lagi, satu ovum hanya bisa dibuahi satu sperma, itu prinsipnya.

diambil dari www.youtube.com (Nucleus Medical Media) 
Dari kisah perjuangan sperma membuahi ovum ini, kita sepatutnya bisa belajar. Layaknya ovum, tampaknya memang sudah menjadi kondrat wanita untuk menunggu dan memilih siapa yang diinginkannya. Dan layaknya sperma, sudah menjadi kondrat pria juga untuk berjuang memperebutkan satu cinta wanita, tanpa perlu gengsi. Jika gagal, tidak masalah, esok masih bisa berjuang lagi.

Lalu, yang jadi pertanyaan selanjutnya adalah apakah kodrat wanita memang hanya menunggu? Bagaimana dengan prinsip satu ovum hanya bisa dibuahi satu sperma? Masih diaplikasikan kah dalam kehidupan manusia di jaman sekarang ini?



- segala sumber -